Friday, 24 October 2014

RANCANGAN PROYEK KELOMPOK 9 MATA KULIAH KREATIVITAS

Rifany Saragih (11-064)
Agnes Crista (11-124)
M. Okto Rianta (11-119)


A.    Latar Belakang

Ø  Pengertian Stress
Stress secara umum adalah suatu keadaan dimana kita mempersepsikan kesenjangan antara sumber daya yang kita punya dengan tuntutan keadaan. Stress bisa dibagi 2 yaitu physical atau fisik dan psychological atau psikologis. Suatu keadaan atau kejadian yang memicu stress disebut stressor. Hal-hal seperti pekerjaan, tugas kuliah, keadaan keluarga, atau bahkan suhu panas dan macet adalah stressor yang umum terjadi di kehidupan kita sehari hari.
Ø  Bunuh Diri di Indonesia
Fenomena bunuh diri di kalangan remaja di Indonesia dari bulan Januari sampai Juni 2012 saja tercatat hingga 20 kasus (Komnas Anak). Dari kasus itu pemicu bunuh diri terbanyak adalah masalah cinta remaja (8 kasus), masalah ekonomi (7 kasus), masalah keluarga (4 kasus) dan masalah sekolah (1 kasus).
Dari situ bisa kita lihat bahwa stressor yang ada sehari hari pun sudah memungkinkan untuk jadi pemicu bunuh diri pada mereka yang rentan. Remaja yang sedang dalam masa peralihan yang kita tahu tidak mudah, bisa menambah resiko perilaku membahayakan diri apabila tidak mampu mengelola stress-nya dengan baik.
Ø  Pengertian Sosialisasi
Brim (1966) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan, kemampuan dan dasar yang membuat mereka mampu atau tidak mampu menjadi anggota dari suatu kelompok. Bisa kita simpulkan bahwa sosialisasi adalah proses asimilasi dan akomodasi nilai dan norma yang dibutuhkan untuk menjadi anggota suatu kelompok (masyarakat).

B.    Tujuan Kegiatan
·             Memberi edukasi terhadap mahasiswa pada khususnya untuk dapat lebih sensitif mengenali individu individu yang rentan dalam melakukan perilaku membahayakan diri. Sebagai masukan bagi kelompok dan kelas tentang metode sosialisasi suicide awareness  yang baik pada mahasiswa, terkhusus mahasiswa psikologi.

C.     Rancangan Kegiatan
         Pada awalnya kelompok ingin melakukan semacam edukasi menggosok gigi yang baik dengan target anak-anak. Namun, karena kurangnya referensi kami mengenai hal tersebut salah satu dari anggota mengemukakan ide mengenai sosialisasi “suicide prevention” pada mahasiswa.
Dasarnya adalah, kita sebagai mahasiswa psikologi yang mempelajari proses mental manusia tentu diharapkan setidaknya dapat mengenali meskipun secara kasar, individu yang rentan melakukan perilaku ini. Meskipun tentu untuk penanganan yang baik akan dibutuhkan skill dan pengetahuan yang melampaui jenjang pendidikan S1 namun, diharapkan kegiatan ini dapat memberikan awareness pada kita semua tentang fenomena bunuh diri.

D.    Metode
         Kelompok berencana menggunakan media video yang berisi konten mengenai sosialisasi bunuh diri dalam kemasan drama musikal. Hal ini dirumuskan setelah melalui proses inkubasi ide, diketahui bahwa 2 dari 4 orang kelompok kami memiliki kemampuan menyanyi yang baik, sehingga kelompok memutuskan untuk mengeksploitasi kelebihan ini.



REVIEW DAN EVALUASI KELOMPOK 9



Teori 4P Pada Produk Kreativitas Kelompok 9

Ø  Pribadi

Setiap anggota memiliki keunikan dan bakat masing-masing. Ada yang mampu olah vokal, editor video, bahkan idealisme yang berbeda dari masing-masing anggota kelompok. Namun, perbedaan tersebut tidak menjadi hambatan kelompok untuk menghasilkan sebuah produk kreatif. Perbedaan tersebut justru dimanfaatkan untuk menghasilkan sebuah ide, dimana keunikan masing-masing kelompok disatukan untuk menghasilkan sebuah ide kreatif. Di samping itu, masing-masing anggota dalam kelompok tidak mau hanya melakukan apa yang biasa dilakukan, melainkan ada keinginan dalam setiap anggota kelompok untuk lebih eksplor dan mengaktualisasikan diri akan apa yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Melalui pertimbangan kondisi ini, serta mempertimbangkan ide demi ide yang diusulkan, kelompok sepakat untuk menghasilkan sebuah produk kreatif dalam hal seni peran (akting). Namun karena kelompok juga masih baru belajar dalan bidang ini, kelompok sepakat untuk menuangkannya dalam bentuk video. Hal ini dikarenakan melalui proses pembuatan video, kelompok bisa mengevaluasi adegan demi adegan untuk mendapatkan scene yang maksimal dari adegan yang kami perankan.

Ø  Press:
Yang menjadi pendorong kami, pertama adalah bagaimana kelompok menghasilkan sebuah produk kreatif melalui sebuah kerja tim, yang biasanya masing-masing anggota kelompok biasanya mengembangkan potensi kreatif secara individu. Idealisme anggota kelompok menjadi tantangan, yaitu bagaimana mempersatukan perspektif masing-masing anggota kelompok agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Kedua, akting yang baru pertama kali dilakukan oleh setiap anggota kelompok menjadi kesulitan dalam proses pelaksanaan video ini. Karena hal ini benar-benar diluar zona nyaman dan kemampuan masing-masing anggota. Ketiga, kesulitan untuk mempertahankan detail video, yang dilakukan di dua tempat yang berbeda. Bagaimana kelompok harus peka pada waktu pengambilan gambar (siang/sore/malam), serta detail-detail lainnya seperti properti, tata letak, karakter peran, dan hal lain yang mendukung kesesuaian dengan jalan cerita dan tujuan pembuatan video.

Ø  Proses 

      1. Pertama kelompok melakukan sharing mengenai ide cerita yang akan dibuat.  

  2. Setelah ide cerita mengenai suicide prevention disepakati, kelompok membuat naskah/script yang menjadi jalan cerita dan konsep video ini  

    3. Setelah jalan cerita ditentukan, kelompok membagi peran dan kontribusi selama proses pelakasanaan pembuatan video, yaitu sebagai berikut:  

  • Okto sebagai strory teller, editor, dan berperan sebagai pemeran utama dalam video.
  • Simson mengambil bagian setting, properti, dan artistik, dan berperan sebagai personifikasi depresi pemeran utama.
  • Rifany mengambil bagian musik, lagu, dan stylist (pengarah gaya, ekspresi, dsb), dan berperan sebagai personifikasi depresi pemeran utama.
  • Agnes berperan sebagai kameramen utama, dan berperan sebagai deuteragonist (karakter kedua terpenting)  dalam video.
4. Kelompok mulai  melakukan persiapan untuk mengambil scene, seperti mempersiapkan peralatan  (kamera), lokasi, pakaian, dan properti lain yang digunakan.

    5. Kelompok mulai melakukan pengambilan gambar di lokasi pertama, yaitu di rumah pemeran utama (Okto) tepatnya di bagian kamar tidur untuk mengambil scene pemeran utama mulai bangun tidur hingga aktivitas untuk mengawali rutinitas kesehariannya.  Di lokasi ini juga sekaligus diambil potongan scene pemeran utama kembali setelah melakukan aktivitas kesehariaanya, dan scene intensi pemeran utama untuk bunuh diri (adegan klimaks).
     
     6.  Setelah scene pada lokasi pertama diambil, kelompok berangkat ke kampus (fakultas Psikologi USU) untuk mengabil scene berikutnya, yaitu scene yang menggambarkan depresi pemeran utama, dan closing statement oleh kelompok. Awalnya kelompok berencana menggunakan ruangan B.2.7. Namun diluar perkiraan kelompok, ruangan tersebut tidak kondusif untuk mengambil scene dikarenakan ada kegiatan lain yang sedang berlangsung di sekitar ruangan tersebut. Sehingga kelompok beralih ke ruangan C.3.1, untuk pengambilan gambar.

    7. Pengambilan gambar di lokasi kedua, terdapat beberapa perubahan dari rencana awal. Pertama, penggunaan properti seperti handphone, karena scene yang berkenaan dengan properti tersebut dianggap tidak terlalu penting dan memperlama durasi. Kedua, awalnya kelompok ingin menggunakan jasa figuran, namun karena di sekitar lokasi yang baru sedang tidak ada perkuliahan ataupun mahasiswa yang berlalu lalang, sehingga ada beberapa adegan yang harus potong dan diganti. Ketiga, ada scene yang seharusnya diambil di koridor, namun karena pengambilan gambar dianggap lebih cocok di dalam ruangan kelas, hal tersebut tidak jadi dilakukan.

8. Setelah scene terkumpul, dilakukan proses editing dan penyatuan gambar menjadi sebuah video yang utuh.

Ø  Produk

Video dengan tema suicide prevention.


JALAN CERITA (SCRIPT)

Secara umum, cerita menggambarkan pria yang depresi.  Scene pertama diawali di ruangan kamar pemeran utama. Scene ini bertujuan untuk memperlihatkan karakter dan keseharian pemeran utama. Kelompok berusaha untuk memperlihatkan pemeran karakter utama yang sangat introvert dan memiliki permasalahan pribadi. Hal-hal yang mendukung dilakukan dengan membuat setting se-detail mungkin, seperti cermin yang sengaja ditutup dengan pakaian, semua bingkai foto sengaja diturunkan dan diletakkan dalam posisi tertutup. Ada juga adegan dimana pemeran utama membuang semua kartu identitas seperti SIM, KTP dan kartu mahasiswa. Setelah itu dilanjutkan dengan adegan pemeran utama menyembunyikan sebuah pistol yang menjadi alat yang mendukung dia nantinya akan bunuh diri. Adengan ini berupaya untuk menunjukkan adanya intensi pemeran utama untuk bunuh diri. Setelah itu bagian pertama diakhiri dengan pemeran utama keluar dari pintu untuk pergi beraktivitas (kuliah).

Bagian kedua, beralih ke lokasi ruangan kampus. Pada bagian ini, ditunjukkan betapa depresinya pemeran utama. Personifikasi depresi tersebut diperankan olah dua orang yang bernyanyi. Lagu lagu dinyanyikan acapella, yaitu: Diary Depresiku (Last Child), Lihatlah Lebih Dekat (Sherina), dan Berhenti Berharap (SO7). Selain itu kelompok juga menggunakan media papan tulis yang menggambarkan depresi pemeran utama, yaitu keluarga, teman, cinta, bahkan Tuhan, yang dihapus oleh pemeran personifikasi depresi (Rifany dan Simson), hal ini adalah upaya untuk menggambarkan sebuah pemikiran pada pemeran utama bahwa tidak ada satupun yang peduli akan kondisinya, yang membuatnya semakin stress dan depresi. Scene selanjutnya yaitu adegan teriak, dan pertemuan pemeran utama dengan protagonis. Adegan ini percakapan antara pemeran utama dan protagonis, Agnes (protagonis) mengajak Okto (pemeran utama) untuk datang ke event yang diselenggarakan olehnya. Agnes melihat Okto yang murung menggambar sebuah smiley senyum di bagian kanan kening Okto tanpa disadarinya, karena tidak menghiraukan perbuatan Agnes, Okto berniat pulang dan adegan yang dilakukannya adalah keluar ruangan.

Bagian ketiga, Okto sampai di rumah, membuka pintu kamar, meletakkan tas di kursi, lalu duduk di sofa. Di sofa, ia kebingungan dan menunjukkan ekspresi depresi dan cemas, hal ini menunjukkan intensi pemeran utama untuk bunuh diri. Okto mengambil pistol yang disembunyikannya dibawah sofa dan mengarahkan mulut pistol ke bagian bawah rahang nya. Okto semakin cemas, dan beranjak dari sofa membuka tirai jedela kacanya sekedar memastikan tidak ada orang di sekitarnya yang akan menghalanginya untuk bunuh diri. Ketika ia beranjak sekilas ia melihat wajahnya di bagian cermin yang tidak tertutupi oleh kain. Penasaran akan gambar yang ada diwajahnya, ia menyingkapkan pakaian yang menutupi keseluruhan kaca tersebut dan melihat wajahnya lebih dekat. Ia melihat smiley senyum yang digambar oleh pemeran protagonis sebelumnya. Ia tersenyum, melihat pistolnya, meletakkannya dan mengurungkan niatnya bunuh diri. Hal ini adalah upaya untuk menunjukkan bahwa salah satu pencegahan bunuh diri adalah kita sebagai lingkungan yang harus memberi respon dan sikap positif pada semua orang, dalam hal ini menunjukkan afeksi dan afiliasi pada setiap orang. Klimaks dilakukan dengan menyorot gambar pistol yang diletakan oleh pemeran utama.

Bagian keempat closing statement, dilakukan oleh setiap anggota kelompok yang berbicara bergantian mengenai fenomena bunuh diri dan pencegahannya. Ucapan terimakasih dan diakhiri dengan bernyanyi bersama “Salam bagi Sahabat” oleh Glenn Fredly.

EVALUASI

Ketika pemutaran perdana film ini di kelas mata kuliah kreativitas. Ada beberapa feedback yang kami dapatkan dari audiens. Contohnya :

1.  Konsep dan eksekusi film sudah bagus namun ada elemen cerita yang kurang. Karena ketidak jelasan penyebab depresi si tokoh utama. Evaluasi ini kami terima sebagai evaluasi yang membangun, meski konsep film kami memang memberikan perspektif seluas mungkin kepada audiens yang merupakan mahasiswa psikologi yang kami percaya tidak perlu lagi penjelasan mengenai stress dan elemen-elemennya.

2.    Apresiasi dari teman-teman yang memuji konsep kontemplasi dengan papan tulis dan drama musikalnya begitu juga dengan konsep video secara keseluruhan.

Kemudian atas instruksi Ibu Dina kami mengupload film kami ke website Youtube dan memposting di grup Satukan Hati demi mendapat feedback dari para civitas academia kampus Psikologi. Respon yang kami dapatkan kebanyakan mengomentari konsep produk yang tidak biasa dan kehebatan penyanyi kami (Rifany dan Simson). Dari hanya beberapa komentar tidak terlalu banyak kesimpulan yang bisa kami dapat selain pujian dari performa kami dalam film.

Secara keseluruhan, beberapa poin evaluasi yang kami dapat baik dari feedback maupun introspeksi dalam kelompok adalah :

1.      Konsep kami sudah baik, namun konten yang diproduksi masih sangat Psikologi, sehingga masyarakat awam akan sulit untuk mencerna film kami. Meskipun target audiencenya memang para psikolog atau calon psikolog.

2.      Kurangnya kemampuan teknis jadi penghalang untuk kualitas produksi yang baik. Baik itu kemampuan acting, directing dan editing. Kami ingin mencoba hal baru, namun mestinya kami bisa lebih menyiapkan diri dan meningkatkan kompetensi.

Demikian evaluasi dari kelompok kami, tentu baik produk kami maupun kami sendiri tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan untuk itu kami minta maaf. Namun melihat kebelakang, kami berkreasi dengan senang dan kami bangga akan produk yang kami hasilkan.

Saturday, 9 June 2012

Tugas Mini Proyek Psikologi Pendidikan 2011/2012


Topik : Dinamika mengajar pada pengajar yang bukan profesional
Judul  : Masih muda jadi guru? Bukan halangan!
I.         PERENCANAAN
       1.1 Pendahuluan
Kami membahas topik ini karena kami tertarik untuk mengetahui dinamika mengajar pada pengajar yang bukan profesional, dan kami melihat bahwa ternyata ada ketertarikan orang-orang muda untuk menjadi seorang guru, ataupun membuat profesi guru sebagai batu loncatan dalam meningkatkan kemampuan dirinya. Jika kita bandingkan dengan keadaan orang-orang muda sekarang yang mayoritas terlalu menyia-nyiakan masa mudanya dengan hal-hal negatif, sangat membanggakan sekali melihat masih ada juga segelintir orang-orang muda yang memanfaatkan masa mudanya sebagai ajang untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Seperti yang kita tahu, guru merupakan pekerjaan yang mulia, tetapi tidak setiap orang meinginkan ataupun bercita-cita menjadi seorang guru. Berdasarkan dua orang narasumber yang kami wawancarai, kami melihat bahwa masih ada semangat dan rasa rendah hati untuk menjadi seorang guru. Walaupun terkadang disepelekan karena usia yang masih muda, tetapi tidak melunturkan rasa kepercayaan diri mereka. Penyampaian materi, bahkan pembagian waktu mengajar dan kuliah pun sebisanya diatasi dengan sebaik-baiknya dengan metode-metode belajar yang harus mereka cari supaya pembelajaran bisa berjalan efektif, dan agar ilmu dapat tersalurkan kepada murid dan target yang diinginkan dapat tercapai.
       1.2 Landasan Teori
Landasan teori yang kami gunakan dalam meneliti mini proyek ini adalah:
1. Teori Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
Di dalam teori ini, terdapat dua pembagian motivasi, yaitu Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik. Dimana motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang, sedangkan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang itu. Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan motivasi apa yang mendorong sekaligus membedakan antara para guru tua (berpengalaman) dengan guru muda (baru merintis).
2. Teori tentang Metode Mengajar
Ada beberapa metode mangajar yang digunakan para guru, garis besarnya yaitu
* Metode Ceramah
* Metode Diskusi
* Metode Tanya-Jawab
* Metode Demonstrasi
* Metode Resitasi, dll
Teori tentang metode pengajaran ini digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan penggunaan metode antara para guru tua (berpengalaman) dengan guru muda (baru merintis), dan dimana letak kenyamanan penggunaan metode antar guru tersebut.
3. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran
Terdapat dua jenis teori perencanaan dan pelajaran, yaitu
1. Teacher-Centered
Di dalam pendekatan teori ini, perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid. Tiga alat umum yang berguna dalam perencanaan ini, yaitu menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.
2. Learner-Centered
Instruksi dan perencanaannya terletak pada siswa, bukan guru Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Jadi di dalam pendekatan ini, murid yang lebih banyak aktif daripada guru. Murid berusaha mencari sendiri bahan tambahan materi pelajaran.
4. Teori tentang Cara Mengajar yang Efektif
Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz, 1997). Ada beberapa hal yang dapat menggambarkan gambaran tentang cara mengajar yang baik, yaitu
1. Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Aspek ini lebih kepada penguasaan materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik.
a. Penguasaan materi pelajaran
b. Strategi pengajaran
c. Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
d. Keahlian manajemen kelas
e. Keahlian memotivasi
f. Keahlian komunikasi
g. Bekerja secara efektif pada murid yang multicultural
h. Keahlian teknologi
2. Komitmen dan Motivasi
Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid
1.3  Alat dan Bahan
     a. Recorder
     b. Kamera
     c. Daftar Pertanyaan
     d. Laptop
     e. Buku & alat tulis
1.4  Analisis Data: Metode Wawancara
Kami memilih untuk menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan informasi pada tugas mini proyek ini. Pertanyaan yang kami ajukan berupa data diri, motivasi menjadi pengajar, serta kendala dan solusi yang digunakan saat mengajar. Setelah itu kami memeriksa jawaban dan membuat kesimpulan yang didapat dari jawaban atas pertanyaan dari kedua subjek yang kami teliti dan menghubungjan apakah masing-masing subjek kami sesuai dengan landasan teori yang telah kami pilih untuk penelitian ini.
1.5  Objek Penelitian
1.Nama                : Vilya Sutanto
Usia                     : 18 Tahun
Jenis Kelamin       : Perempuan
Pendidikan           : SMA
Pekerjaan             : Mahasiswi

2.Nama                : Clara Clearesta
Usia                     : 18
Jenis Kelamin       : Perempuan
Pendidikan           : SMA
Pekerjaan             : Mahasiswi
1.6  Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan
April
Mei
Juni

I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Pemilihan Topik











Penentuan Judul











Mendiskusikan landasan teori & subjek











Pembuatan pendahuluan dan landasan teori




 







Penyusunan Pertanyaan





 






Pelaksanaan wawancara











Membuat kesimpulan dari hasil wawancara






 





Pembuatan Poster











Pelaksanaan evaluasi











Mengumpulkan testimoni anggota kelompok







 




Posting tugas mini proyek di blog








 

































1.7  Kalkulasi Biaya
Reward (2 subjek) : Rp 28.000
Snack                    : Rp 12.000
-------------------------------- +
Total                        Rp 40.000
II.      PELAKSANAAN
Pada pelaksanaan tugas mini proyek ini ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan,yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap laporan dan evaluasi.
Pertama, yaitu tahap perancanaan, pada tanggal 11 April 2012, sebelumnya kami memang sudah memutuskan bahwa setiap anggota kelompok bisa mengusulkan topik mana yang akan dipilih, dan setelah berdiskusi akhirnya kami memilih untuk memakai topik “Dinamika mengajar pada pengajar yang bukan profesional (boleh pada pengajar privat les, guru les atau berperan sebagai guru namun tidak memiliki ijasah guru)”, kemudian kami menentukan judul apa yang kira-kira cocok dengan topik ini pada hari yang sama juga. Kemudian pada hari Sabtu, 21 April baru kami bisa berdiskusi untuk menentukan landasan teori dan subjek yang kami pilih. Kemudian kami melakukan pembuatan pendahuluan, landasan teori, metode yang akan dipakai, dan susunan pertanyaan selama 2 minggu pertama pada bulan Mei.
            Nah, memasuki minggu ketiga pada bulan Mei, kami pun melakukan pelaksanaaan tugas mini proyek, yaitu wawancara pada kedua subjek yang berlangsung pada hari Selasa, 15 Mei 2012. Pada hari itu juga kami langsung membuat kesimpulan dari hasil wawancara dan menyusunnya dari file yang direkam ke bentuk microsoft word. Kemudian pada minggu selanjutnya lah kami memulai untuk mengerjakan draft poster untuk mini proyek ini.
            Memasuki tahap yang terakhir yaitu tahap laporan dan evaluasi, kami berdiskusi tentang draft poster yang sudah setengah jadi dibuat, serta mengevaluasi hasil pekerjaan dan laporan kami. Pada tahap ini memang sempat agak lama karena semua anggota kelompok saling sibuk dengna tugas kuliah dan berada pada kelompok yang berbeda pula. Setelah itu baru pada tanggal 8 Juni lah kami menyelesaikannya, membuat kesimpulan dan mengumpulkan testimoni, serta menyelesaikan pembuatan poster dari anggota kelompok dan pada tanggal 9 Juni kami mempostingnya di blog masing-masing.
           
III.   LAPORAN DAN EVALUASI
3.1  Laporan
            Berikut adalah hasil wawancara kami dari kedua subjek:
Hasil wawancara secara penuh dapat dilhat dengan mengklik judul.*)

Dapat kita lihat dari hasil wawancara Clara, bahwa pada awalnya motivasi dia menjadi guru privat hanyalah untuk mengisi waktu luang semata, dan tentu saja sebagai guru muda non profesional pasti juga memiliki kendala dalam mengajar selayaknya seorang guru pada umumnya, dan kendala yang dihadapi Clara adalah soal waktu dan tugas-tugas kuliah yang membuatnya kurang bisa maksimal dalam mengajar. Dan untuk mengatasi hal tersebut dia pun melakukan manajemen waktu, dan soal teaching strategies yang Clara lakukan lebih pada kenyamanan sang murid belajar dengan membuat suasana tidak kaku dan membuat posisinya sebagai teman yang bisa membuat sang murid lebih nyaman belajar karena orang yang mengajarnya termasuk orang yang bisa dekat dengannya. Dan Clara menggunakkan teori pembelajaran Learner-Centered supaya cara mengajarnya lebih efektif.
            Jika Clara menjadi seorang guru untuk mencari waktu luang, Vilya memiliki alasan yang berbeda, yaitu untuk mencari pengalaman dan menambah penghasilan. Dan kendala yang dihadapi Vilya lebih beragam (karena usia siswa yang diajarkan memang masih kecil) dan menganggap Vilya sebagai teman karena postur tubuhnya dan usia yang dianggap siswanya masih dianggap teman. Dalam mengajar, Vilya juga membuat suasana kelas yang santai dan nyaman, yaitu bermain sambil belajar, murid-murid dipaksa aktif sehingga mereka lebih bersemangat dalam belajar. Tetapi jika ada murid yang mengalami masalah atau terlalu aktif mereka pun harus bisa mengatasinya.
            Dari hasil wawancara di atas dapat kita lihat bahwa awalnya motivasi mereka untuk menjadi seorang guru privat adalah untuk mencari pengalaman dan menambah penghasilan, juga sebuah kegiatan yang dicari sekedar untuk mencari waktu luang, dan hal ini merupakan motivasi intrinsik. Dimana motivasi tersebut datang dari diri mereka sendiri dan bukan dorongan dari luar. Kami juga melihat bahwa metode yang mereka ajarkan pun diusahakan yang dapat membuat murid-murid merasa nyaman dengan mereka walaupun mereka merupakan guru muda.

3.2  Evaluasi
            Pada tahap perencanaan kami memang masih melakukannya dengan baik dan sesuai jadwal sampai pada tahap mendiskusikan landasan teori dan subjek, tetapi pada saat ingin lanjut ke tahap pembuatan, kami sempat stagnan pada tahap perencanaan karena semua anggota kelompok berhalangan dengan tugas kuliah lain, sehingga kami mengerjakannya seminggu sekali itupun dengan kurun waktu yang singkat sehingga kami cukup lama dalam mengerjakan mini proyek ini. Pada saat pelaksanaan wawancara untungnya cukup berjalan lancar, dan kedua subjek yang kami wawancarai pun menjawab pertanyaan kami dengan baik. Kemudian walaupun dengan waktu yang tinggal sedikit untunglah kami bisa menyelesaikan baik tugas mini proyek ini beserta posternya dengan tepat waktu.


Poster (click for enlarge)

Testimoni Kelompok
- M. Rizki Nugroho
Saya tertarik ketika diberi tugas begini, karena saya emang suka sama yang unik-unik dan hal yang baru. Waktu ngerjain nya pun saya sangat semangat, karena ini pengalaman pertama saya. Saya juga senang karena tugas ini bisa selesai tepat waktu , karena jujur , kami ngerjain tugas ini dengan sangat santai dan tanpa beban.


- Rifany Saragih

Awalnya saya sempat agak stres karena banyaknya tugas lain, ditambah juga tugas mini proyek Psikologi Pendidikan ini. Tetapi saat kami memulai mini proyek ini, ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. Apalagi saat wawancara, saya merasa kagum dengan dua orang narasumber kami, karena masih muda saja sudah bekerja. Kalau kesulitan yang dihadapi, untuk menentukan waktu mengerjakan mini proyek ini. Sehingga di sela kesempatan yang sedikit pun, mini proyek ini kami kerjakan sedikit demi sedikit.
- Priscilla D R S
Jujur saya mengira tugas mini proyek ini susah, tetapi setelah berdiskusi dengan teman satu kelompok saya ternyata mudah juga mengerjakannya, meskipun saat menentukan topik dan setelah topik siap ditentukan pun saya masih bingung mengerjakannya, dan saat mengerjakan mini proyek ini kelompok kami memang sempat keteteran karena jadwal presentasi tugas kuliah kami masing-masing berbeda jadi kami kurang banyak berdiskusi. Sehingga kami lebih sering berdiskusi melalui jejaring sosial.
Dokumentasi 
- Foto-foto

Daftar Pustaka
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua,University of Texas at Dallas. Jakarta : Kencana, 2011